Friday, May 6, 2011

Tipe Nutrisi Mikrobia dan Transportasi Lewat Membran


Mikrobia dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal, salah satu diantaranya adalah penggolongan mikrobia berdasarkan tipe nutrisinya:
a. Foto-litotrofik autotrof
adalah mikrobia yang sumber karbonnya berasal dari karbon anorganik yang digunakan untuk menyusun materi tubuhnya, sedangkan sumber energinya berasal dari cahaya dan dalam penggunaan donor elektronnya juga berasal dari elemen anorganik.
Contoh: Chromatium, Rhodospirillum rubrum.           
b. Foto-organotrofik heterotrof
adalah mikrobia yang sumber energinya berasal dari cahaya, dengan sumber donor elektronnya adalah elemen organik, dan sumber karbon untuk penyusun tubuhnya adalah karbon organik.
Contoh: Rhodopseudomonas.
c. Khemo-litotrofik autotrof
adalah mikrobia yang sumber energinya berasal dari zat kimia, dengan sumber donor elektronnya adalah elemen anorganik dan sumber karbon penyusun tubuhnya juga berasal dari elemen anorganik.
Contoh: Thiobacillus, Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrosospira.
d. Khemo-organotrofik heterotrof
adalah mikrobia dengan sumber energi berasal dari bahan kimia, serta sumber donor elektron dan sumber karbon penyusun tubuhnya berasal dari materi organik.
Contoh: Protozoa,Fungi


Transportasi lewat membran berguna untuk memasukkan zat yang dibutuhkan suatu sel atau mengekskresikan suatu zat tertentu. Macam transportasi lewat membran:
a.        
Difusi adalah proses perpindahan suatu materi dari suatu tempat dengan konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah.
b.        
Osmosis adalah proses perpindahan materi dari tempat dengan konsentrasi rendah ke konsentrasi lebih tinggi atau pekat melewati membran selektif permeabel.
c.       
 Difusi terfasilitasi adalah perpindahan materi dengan bantuan protein yang dibawa atau berasal dari membran itu sendiri (protein perifer dan integral)
d.       
Transport aktif adalah cara perpindahan materi melawan gradien konsentrasi dengan energi yang berasal dari ATP
e.    
  Trasport pasif adalah cara perpindahan materi melawan gradien konsentrasi denganenergi selain dari ATP

Virus


Salah satu objek kajian mikrobiologi adalah virus, yaitu organisme aseluler yang tubuhnya dilengkapi DNA atau RNA serta diselubungi kapsid. Virus akan melakukan metabolisme jika organisme ini berada di dalam hostnya (menginfeksi). Namun, dalam menginfeksi host, virus bersifat spesifik. Artinya, virus tanaman hanya dapat menginfeksi tanaman, virus hewan hanya dapat menginfeksi hewan, dan virus bakteri hanya dapat menginfeksi bakteri. Penyebab infeksi virus bersifat spesifik adalah, informasi genetik pada virus memiliki kesamaan dengan informasi genetik hostnya. Pada virus tumbuhan, terdapat kode genetik yang hanya dapat diterjemahkan oleh rRNA tumbuhan, dan tidak dapat diterjemahkan oleh rRNA bakteri maupun hewan, sehingga dapat terjadi patogenesis. Jika virus tumbuhan tersebut masuk ke dalam sel bakteri ataupun hewan, tidak akan terjadi proses patogenesis, karena informasi genetik antara virus tumbuhan dengan bakteri ataupun hewan tidak cocok. Sehingga bagi organisme yang bukan host, virus tersebut tidak memiliki dampak yang berarti dan bersifat tidak aktif. Oleh karena itu, hal yang membuat infeksi virus bersifat spesifik adalah kesamaan informasi genetik anatara virus dengan hostnya, sehingga virus mampu melakukan transfer informasi genetik terhadap host, meliputi replikasi, transkripsi, dan translasi. 

Pengecatan Gram Pada Mikrobia

Mekanisme Pengecatan Gram
pada Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif


Pengecatan gram adalah proses pewarnaan bakteri dengan gram, yaitu gram A, gram B, gram C dan gram D. Gram A mengandung larutan kirstal violet yang berfungsi untuk memberikan warna dasar yaitu warna ungu kebiruan atau biru keunguan pada bakteri. Gram B mengandung larutan iodium-kalium iodida yang berfungsi untuk menguatkan afinitas cat terhadap sel bakteri (mordant). Gram C mengandung larutan alkohol-asam yang bersifat nonpolar. Gram D mengandung larutan safranin yang berwarna merah .
Bakteri gram positif memiliki dinding sel berupa peptidoglikan, yaitu polisakarida yang disusun oleh N-asetil murein(NAM) dan N-asetil glutamat(NAG). Sementara bakteri gram negatif memiliki membran luar yang disusun oleh berbagai macam polimer salah satunya adalah lipoprotein. Pada pengecatan gram oleh gram A,bakteri gram positif dan bakteri gram negatif menyerap warna ungu kebiruan dari kristal violet. Dilanjutkan pengecatan gram B yang menguatkan afinitas cat terhadap sel bakteri, lalu pengecatan gram C. Pada bakteri gram positif tidak terdapat pengaruh pengecetan gram C sehingga warnanya tetap ungu kebiruan, karena peptidoglikan bersifat polar sementara gram C (Alkohol-asam) bersifat nonpolar. Pada bakteri gram negatif,membran luar (lipoprotein) bersifat nonpolar. Saat bertemu dengan gram C, akan larut berdasarkan prinsip like dissolved like. Prinsip ini menunjukkan bahwa zat yang memiliki kelarutan sama akan saling melarutkan. Karena hal tersebut, maka membran luar pada bakteri gram negatif hilang sehingga hanya menyisakan peptidoglikan yang tipis dan warna kristal violet (ungu kebiruan) hilang. Pengecatan terakhir, dengan gram D, larutan safranin yang berwarna merah Pada bakteri gram positif tidak terjadi perubahan warna karena peptidoglikan sudah dijenuhi oleh warna kristal violet (gram A). Sedangkan pada bakteri gram negatif menyerap semua warna safranin sehingga hasil akhir bakteri gram negatif berwarna merah.
Oleh karena itu, bakteri gram positif setelah pengecatan gram berwarna ungu kebiruan atau biru keunguan, dan bakteribgram negatif berwarna merah.

Thursday, May 5, 2011

Phyllum Chordata

I. PENDAHULUAN
Phylum chordata adalah bagian dari kingdom animalia yang dicirikan memiliki notochorda sebagai sumbu tubuh. Notochorda adalah sebuah struktur batang yang berfungsi untuk menyangga tubuh ketika telah terbentuk secara sempurna dan membantu pergerakan. Notochorda bersifat elastis dan memanjang secara paralel. Letak dari notochorda ini diantara saluran pencernaan dan sistem saraf pusat. Karakteristik lain yang dapat membantu identifikasi filum chordata adalah:
a. bersifat simetri bilateral
b. tubuh bersegmen, termasuk segmen pada otot
c. memiliki tiga lapisan tubuh dan memiliki rongga sejati (coelom)
d. memiliki sumbu saraf yang bersifat single,berada di bagian dorsal, menembus lubang di chorda dorsalis, dan berujung pada pembentukan sistem saraf pusat (pada subfilum vertebrata adalah otak, sedangkan pada protochordata adalah vesicula cerebralis
e. peredaran darahnya tertutup
f. memiliki ekor, tetapi pada subfilum vertebrata mereduksi
g. penyusun tulang berlakang dapat terdiri dari kartilago maupun tulang keras
h. memiliki celah faring atau celah insang, namun pada subfilum vertebrata hanya terlihat saat fase embrio
i. sistem pencernaannya lengkap
Phylum chordata ini memiliki anggota yang terdiri dari subphylum hemichordate, urochordata , cephalochordata, dan vertebrata. Penamaan keempat subphylum ini berdasarkan ciri chorda dorsalisnya. Hemichordata memiliki chorda dorsalis yang tidak sempurna, urochordata memiliki chorda dorsalis di bagian ekor, cephalochordata memiliki chorda dorsalis di bagian kepala saja, sedangkan vertebrata memiliki chorda dorsalis memanjang.

II. ISI

A. Urochordata
Urochordata adalah hewan dengan chorda dorsalis hanya di ekor. Memiliki dua fase hidup yaitu fase muda yang bersifat motil dan fase dewasa yang bersifat sessile, dan memiliki nama lain yang disebut tunicata. Pada perkembangan dari fase muda ke dewasanya, diawali dengan larva menemukan substrat yang keras dan dimungkinkan untuk dijadikan habitat baru. Kemudian dilanjutkan dengan hilangnya kemampuan larva untuk bergerak dan ekornya mereduksi, serta mengalami disintegrasi sistem saraf. Bagian ekor dan saraf ini kemudian membentuk gulungan dan memadat menjadi axial complex dan berada di bagian dasar tunicata. Urochordata diperkirakan mulai ada pada masa precrambian. Struktur mikroskopi dari tunicata ini memiliki spikula.

Karakteristik:
a. Memiliki dua fase hidup, yaitu fase muda dan fase dewasa
b. Memiliki axial complex yang terdiri dari chorda, ekor, dan sistem sarafnya
c. Memiliki satu lubang masuk dan satu lubang keluar yaitu mulut dan anus, berbeda dengan porifera yang memiliki banyak ostium dan oskulum
d. Hidup di substrat keras, di daerah pelagic ataupun laut terbuka
e. Anatomi tubuhnya terdiri dari mulut, faring, endostyle yang bersilia , dan anus
f. Pada fase muda, notochorda dan ekornya tidak bersegmen
g. Tidak memiliki pelindung vesicula cerbralis
Endostyle pada urochordata ini homolog dengan tiroid, dan letaknya berada setelah mulut. Silia yang ada pada endostyle ini berguna untuk menangkap makanan yang ikut masuk bersama dengan air. Sedangkan faring berfungsi untuk tempat menyaring air. Sesuai dengan cirri chordate, fase larva hewan ini memiliki insang, dan chorda dorsalisnya berlubang.
Urochordata dibagi menjadi tiga kelas yaitu: kelas ascidiacea, thaliacea, dan larvacea atau appendicularia.
1. Kelas Ascidiacea
Karakteristik:
 tunicata sedenter
 faringnya lebar
 memiliki celah insang
 kelaminnya berumah dua
 Ordo: enterogona dan pleurogona.
 Contoh spesies: Herdmania sp. dan Botryllus sp.
2. Kelas Thaliacea
Karakteristik:
 Tidak ada celah insang
 Faringnya kecil
 Kelaminnya berumah dua
 Pembelahan aseksual dengan tunas
 Ordo: Doliolida,Pyrosomida, dan Salpida.
 Contoh spesies: Doliolum sp. Pyrosoma sp. Salpa sp.
3. Kelas Larvacea atau Appendicularia
Karakteristik:
 Hidupnya di daerah pelagic, dan berenang bebas
 Memiliki dua celah insang
 Tubuhnya mengandung gelatin
 Tidak memiliki atrium
 Ekor tidak mereduksi di fase dewasanya
 Contoh: Oikopleura sp.


Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordate
Subphylum : Urochordata
Classis : Ascidiacea
Ordo : Enterogona
Subordo : Phlebobranchia
Familia : Cionidae
Genus : Ciona
Species : Ciona intestinalis

B. Hemichordata
Hemichordata, artinya hewan chordata yang chorda dorsalisnya tidak sempurna. Hewan ini diperkirakan mulai muncul pada masa Cambrian-Ordovician.

Karakteristik
a. Bentuk tubuh mirip cacing
b. Chorda dorsalisnya kecil dan pendek
c. Celah faringealnya terbuka
d. Hidup di daerah tidal berlumpur, di lubang-lubang
Contoh dari hewan ini adalah acorn worm. Kepala hewan ini menyerupai biji pohon ek (acorn). Chorda dorsalis yang dimilikinya hanya ada separuh dibagian atas. Hal ini dikarenakan tubuh aslinya hanya ada separuh, yaitu bagian atas tersebut sedangkan bagian bawahnya adalah bagian pemanjangan. Sepintas acorn worm mirip dengan cacing, namun ada perbedaan yang pasti, yaitu acorn worm memiliki chorda dorsalis, sedangkan cacing (helmyn) tidak memilikinya. Ciri lain yaitu adanya bentuk annulus pada cacing yang tidak dapat ditemui pada acorn worm.
Hemichordata dibagi menjadi tiga kelas yaitu: Enteropneusta, Graptolites, dan Pterobranchia
1. Kelas Enteropneusta
Karakteristik:
 Ada 200 species
 Memiliki proboscis yang digunakan untuk menggali
 Penggali lambat
 Memakan detritus atau suspense yang ada di air
 Contoh: acorn worm
2. Kelas Pterobranchia
Karakteristik:
 Ada 20 species
 Hidup berkoloni dan dihubungkan dengan stolon
 Proboscis tidak mengalami pemanjangan seperti acorn worm tetapi membentuk bentuk tameng
 Contoh: Rhapdopleura sp.
3. Kelas Graptolites
Karakteristik:
 sudah punah
 ada di jaman Ordovician dan Silurian
 memiliki familia: harrimaniidae, protoglossidae, ptychoderidae, dan spengelidae.

Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Hemichordata
Classis : Enteropneusta
Familia : Ptychoderidae
Genus : Balanoglossus
Species : Balanoglossus sp.


C. Cephalochordata
Cephalochordata artinya hewan dengan chorda hanya ada di bagian kepala. Notochordanya memanjang sampai anterior tubuh namun tidak memiliki cranium.
Karakteristik
a. Tidak memiliki tulang
b. Tidak memiliki kartilago
c. Tidak memiliki sel darah atau corpuscula
d. Sistem kelaminnya berumah dua
e. Memiliki endostyle
f. Memiliki otak sejati, namun tidak punya lobus cerebral dan saraf
g. Epidermisnya selapis
h. Otot muskulernya bersegmen
i. Sistem pencernaannya terdiri dari mulut, atrium , intestine, dan anus
j. Hidup di air
k. Mempunyai dua familia yaitu Branchiostomidae dan Asymmetronidae
Cephalochordata memiliki proses makan yang diawali dengan adanya makanan yang dibawa oleh arus air dan aliran arus tersebut ditangkap oleh sensor makanan cephalochordata, yaitu tentakel. Kemudian mulut membuka dan air bersama dengan makanan masuk ke dalam tubuh cephalochordata. Lalu dilakukan pemisahan antara makanan dengan air. Air yang sudah bersih dari partikel makanan akan dibawa ke atrium kemudian dikeluarkan melalui atriopora. Sedangkan makanan yang sudah bebas dari air akan dibawa ke intestine dan sisanya dikeluarkan lewat anus.

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Cephalochordata
Classis : Leptocardii
Ordo : Amphioxiformes
Familia : Branchiostomidae
Genus : Branchiostoma
Species : Branchiostoma lanceolatum.

D. Vertebrata
Vertebrata disebut juga craniata karena memiliki cranium yang berfungsi untuk melindungi otak. Karena ada cranium maka notochorda juga tidak meluas sampai bagian anterior
Karakteristik
a. Memiliki vertebra
b. Memiliki tulang
c. Memiliki kartilago
d. Epidemisnya berlapis
e. Saluran pencernaannya sempurna
f. Memiliki endostyle namun hanya pada Lamprey
g. Otak sejati, dan berkembang dengan baik
h. Memiliki pelindung otak (cranium)
i. Memiliki corpuscula
j. Jantungnya berbilik
k. Selain lamprey, endostyle berubah menjadi tyroid
l. Memiliki delapan kelas yaitu:
 Myxini contohnya Hagfish
 Cephalspidomorphi contohnya Lampreys
 Chondrichthyes contohnya Carcharhinus sp.
 Osteichthyes contohnya Oreochromis niloticus.
 Amphibia contohnya Rana chalconota.
 Reptilia contohnya Pytas korros
 Aves contohnya Lonchura sp.
 Mammalia contohnya Tarsius syrichta
Berdasarkan craniumnya, vertebrata dibagi menjadi:
a. Anapsid, yaitu cranium tidak memiliki fossa temporalis
b. Synapsid, yaitu cranium memiliki fossa temporalis yang menyatu
c. Diapsid, yaitu cranium memiliki dua fossa temporalis
d. Eurpsid, yaitu cranium memiliki satu fossa temporalis di bagian atas post orbitalis




Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Primata
Subordo : Haplorrhini
Familia : Tarsiidae
Genus : Tarsius
Species : Tarsius syrichta

III. PENUTUP
Filum chordata terdiri dari tiga subfilum yang dibedakan berdasarkan notochordanya, yaitu urochordata, hemichordata, cephalochordata, dan vertebrata. Ciri utama filum chordata adalah memiliki notochorda, celah faring atau celah insang, batang saraf yang berluang di tengah, dan memiliki ekor di post-anal. Pada filum chordata yang memiliki keanekaragaman paling banyak adalah subfilum vertebrata.









IV. DAFTAR PUSTAKA
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/pictures/Chordata.html (diakses tanggal 24 April 2011)
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=158617(diakses tanggal 24 April 2011)
http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Acorn_worm
(diakses tanggal 24 April 2011)
http://www.ucmp.berkeley.edu/chordata/hemichordata.html
(diakses tanggal 24 April 2011)
http://www.ucmp.berkeley.edu/chordata/cephalo.html
(diakses tanggal 24 April 2011)
http://www.ucmp.berkeley.edu/chordata/urochordata.html
(diakses tanggal 24 April 2011)
http://www.earthlife.net/inverts/vertebrata.html
(diakses tanggal 24 April 2011)
http://biozoom.blogspot.com/2011/02/urochordata-classification.html
(diakses tanggal 24 April 2011)
http://www.mun.ca/biology/scarr/Vertebrate_Classifications.html
(diakses tanggal 24 April 2011)

Tuesday, February 15, 2011

semester baru,
target ipk cumlaude,
lol

Enterobacter sakazakii

Pendahuluan
Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif fakultatif anaerob, berbentuk batang, dan tidak membentuk spora, dengan pigmen kuning dan memiliki kapsul sebagai bentuk pertahanan diri. Koloninya dapat berlendir maupun kering. Klasifikasi taksonomi sebagai berikut:

Kerajaan: Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Bangsa : Enterobacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Genus : Enterobacter
Spesies : Enterobacter sakazakii

Ciri penting dari bakteri gram negatif fakultatif anaerob adalah heterotrof, hemoorganotrofik,tetapi beberapa tumbuh secara ototrofik dengan menggunakan H2 sebagai elektron donor, tidakbergerak dengan cara meluncur, tidak bereproduksi denga tunas, dapat tumbuh pada tunas, dapat tumbuh diudara dan dapat tumbuh secara anaerob dengan fermentasi, dapat hidup bebas atau bersimbiosis dengan inang, binatang, manusia, maupun tanaman. Beberapa diantaranya bersifat patogenik atau menimbulkan penyakit seperti E. sakazakii, hal ini berawal dari tidak ditemukannya bakteri E. sakazakii ini pada organisme sehat sehingga diduga merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit (Lud, 2005: 26-27).

Penyebaran
Enterobacter sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal yang berada di dalam saluran pencernaan manusia. Sehingga kemungkinan sumber infeksi E. sakazakii ini berasal dari tanah, air, sayuran lalat dan tikus. Dalam lingkungan industri makanan, bakteri ini dapat ditemukan si lokasi pabrik susu, kentang, pasta dan sereal. Lingkungan yang mengandung banyak air dan tanah yang lembab juga bisa menjadi penyebab penyebaran E. sakazakii ini. Beberapa makanan yang berpotensi untuk tercemar bakteri ini antara lain sosis, keju, sayuran, susu bubuk dan daging cincang awetan.

Di dalam tubuh, setelah tertelan, masuk dalam saluran pencernaan, bertahan dari keasaman lambung dan sampai di usus. Di usus hidup dan berkembang biak, setelah dewasa menginfeksi dinding usus Sehingga dapat masuk ke dalam aliran darah. Akibatnya, E. sakazakii dengan racunnya (enterotoxin) sampai di kepala dan menginfeksi jaringan otak. Enterotoxin memiliki 2 sub unit A dan B. Sub unit B melekat pada sel epitel bersilia dari usus halus sehingga memungkinkan masuknya subunit A. Subunit A mengaktifkan adenilat siklase yang mengakibatkan hipersekresi air dan klorida serta penghambatan reabsorbsi sodium sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit. Lapisan usus menjadi menggembung penuh cairan sehingga timbul hipermotilitas (gerak peristaltik berlebihan) dan diare.
E. sakazakii pada lingkungan biasa tidak patogen. Namun yang perlu dipelajari adalah mengapa jika E. sakazakii sudah berada di dalam susu formula, E. sakazakii mampu menjadi patogen. Sifatnya oportunistik. Dalam keadaan optimal, E. sakazakii bisa tumbuh mencapai fase eksponensial, membelah jadi banyak sekali dari 10 sampai jutaan. Kemudian E. sakazakii menghasilkan faktor virulen enterotoxin, sehingga dapat melakukan adhesi (menempel) ke sel epitel, dapat memasuki dan menembus pembuluh darah, kemudian menyebabkan peradangan. Hasilnya, dapat menyebabkan enteritis, sepsis, dan meningitis. Tapi enterotoxin tidak dihasilkan di dalam susu formula. Jika sudah diminum, dan terjadi adhesi, E. Sakazakii mulai bereproduksi, dan akan sangat berbahaya jika sampai tertelan dan bereproduksi dalam tubuh manusia dan menginfeksi tubuh. Langkah yang paling penting dalam menghambat kontaminasi ini dengan membuat susu dengan air bersuhu 70 °C sehingga jika di dalam susu terdapat E. Sakazakii, dapat mati.


Penularan
1. melalui material untuk memproduksi susu formula.
2. melalui kontaminasi udara bebas setelah pasteurisasi.
3. melalui kontaminasi ketika penyajian atau pembuatan sebelum dikonsumsi.

Gejala yang Ditimbulkan

Secara umum, tingkat kefatalan kasus (case-fatality rate) atau resiko untuk dapat mengancam jiwa berkisar antara 40-80 persen pada bayi baru lahir yang mendapat diagnosis infeksi berat karena penyakit ini. Infeksi otak yang disebabkan karena E. sakazakii dapat mengakibatkan infark atau abses otak (kerusakan otak) dengan bentukan kista, gangguan persarafan yang berat dan gejala sisa gangguan perkembangan.

Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau anak di antaranya adalah diare, kembung, muntah, demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran menurun (malas minum, tidak menangis), mendadak biru, sesak hingga kejang. Bayi prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) dan penderita dengan gangguan kekebalan tubuh adalah individu yang paling berisiko untuk mengalami infeksi ini. Meskipun juga jarang bakteri patogen ini dapat mengakibatkan bakterimeia dan osteomielitis (infeksi tulang) pada penderita dewasa. Pada penelitian terakhir didapatkan kemampuan 12 jenis strain E. sakazakii untuk bertahan hidup pada suhu 580C dalam pemanasan rehidrasi susu formula.

Pengobatan
Bila terjadi infeksi saluran urine, obatnya trimethoprimsulfametoksasol. Obat itu digunakan dalam bentuk kombinasi karena sifat sinergisnya.

Laporan Kejadian tentang Kontaminasi E. sakazakii
Enterobacter sakazakii pertama kali ditemukan pada 1958 pada 78 kasus bayi dengan infeksi meningitis. Sejauh ini juga dilaporkan beberapa kasus yang serupa pada beberapa negara. Meskipun bakteri ini dapat menginfeksi pada segala usia, resiko terbesar terkena adalah usia bayi. Peningkatan kasus yang besar dilaporkan terjadi di bagian Neonatal Intensive Care Units (NICUs) beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Amerika, dan Kanada.

Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi E. sakazakii yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100.000 bayi. Terjadi peningkatan angka kejadian menjadi 9,4 per 100.000 pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (< 1.5 kg) . Sebenarnya temuan peneliti IPB tersebut mungkin tidak terlalu mengejutkan karena dalam sebuah penelitian prevalensi kontaminasi di sebuah negara juga didapatkan dari 141 susu bubuk formula didapatkan 20 kultur positif E. sakazakii. Pada 1980 bakteri ini diperkenalkan sebagai bakteri jenis yang baru berdasarkan pada perbedaan analisis hibridasi DNA, reaksi biokimia dan uji kepekaan terhadap antibiotika. Disebutkan, dengan hibridasi DNA menunjukkan E. sakazakii 53-54 persen dikaitkan dengan 2 spesies yang berbeda genus, yaitu Enterobacter dan Citrobacter.

Pada penelitian tahun 2007, beberapa peneliti mengklarifikasi kriteria taxonomy dengan menggunakan cara lebih canggih, yaitu dengan f-AFLP, automated ribotyping, full-length 16S rRNA gene sequencing and DNA-DNA hybridization. Hasil yang didapatkan adalah klasifikasi alternatif dengan temuan genus baru, yaitu Cronobacter yang terdiri dari 5 spesies.

Hingga saat ini tidak banyak diketahui tentang virulensi dan daya patogenitas bakteri berbahaya ini. Bahan enterotoxin diproduksi oleh beberapa jenis strain kuman. Dengan menggunakan kultur jaringan, diketahui efek enterotoxin dan beberapa strain tersebut. Didapatkan 2 jenis strain bakteri yang berpotensi sebagai penyebab kematian, sedangkan beberapa strain lainnya non-patogenik atau tidak berbahaya. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa sudah ditemukan demikian banyak susu terkontaminasi, tetapi belum banyak dilaporkan terjadi korban terinfeksi bakteri tersebut.

Meskipun sangat jarang, infeksi karena bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya sampai dapat mengancam jiwa, di antaranya adalah neonatal meningitis (infeksi selaput otak pada bayi), hidrosephalus (kepala besar karena cairan otak berlebihan), sepsis (infeksi berat) , dan necrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna). Sedangkan pada beberapa kasus dilaporkan terjadi infeksi saluran kencing.

Susu Formula Berpotensi Terkontaminasi Enterobacter sakazakii

Dalam proses pembuatan susu formula, setelah di pasteurisasi, dilakukan spray drying dengan mengalirkan udara panas agar susu yang tadinya berbentuk cair menjadi bubuk. Namun saat dilakukan fortifikasi (penambahan nutrisi lainnya) dimasukkan beberapa bahan yang mungkin tidak boleh terkena panas lagi. Jadi, kemungkinan di sinilah resikonya. Belum lagi jika ada pori-pori di alat yang tidak tercuci. Satu hal lagi, begitu terkena kontak dengan permukaan kasar, Enterobacter sakazakii akan membuat semacam biofilm (seperti selimut), sehingga agak sulit untuk dilakukan desinfeksi.

Gambar Enterobacter sakazakii



DAFTAR PUSTAKA
http://lordbroken.wordpress.com/2011/02/13/karakteristik-enterobacter-sakazakii-dan-susu-formula/ tanggal akses 15 Februari 2011, 06.00 WIB
Waluyo, Lud., 2005, Mikrobiologi Umum, UMM Press: Malang, halaman 26-27

Thursday, February 11, 2010

MATERI ENTOMOLOGI FORENSIK

ENTOMOLOGY FORENSIC


Entomology adalah ilmu yang mempelajari tentang serangga (classic insecta)
Serangga merupakan spesies terbanyak di dunia, lebih dari 50% keberadaannya di dunia dengan lebih dari 900.000 spesies serangga sudah terdefinisi.
Peran Serangga:
a. Dalam ekosistem alami
b. Dalam agroekosistem
c. Dalam kesehatan
d. Dalam forensik




A. Dalam ekosistem alami:
Serangga memiliki jumlah spesies beragam lebih besar dari spesies lain dengan kemampuan bertahan hidup (survive) tinggi. Fluktuasi pertumbuhannya sendiri di pengaruhi oleh lingkungan biotik dan abiotik.
Serangga merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm) yang berarti dalam laju metabolismenya dipengaruhi oleh lingkungan, seperti suhu.
Pada serangga spesies yang sama, jika ditempatkan di dua wilayah berbeda dengan suhu yang satu lebih hangat dari pada suhu wilayah lain, ada kemungkinan hal ini juga memberi pengaruh pada life cyclenya.
Hal ini disebabkan laju metabolisme merupakan reaksi enzimatis dimana pada reaksi ini, enzim bekerja pada suatu suhu dan apabila berada pada wilayah hangat maka dapat mendukung enzim dapat bekerja secara optimal.



B. Dalam agroekosistem:
Berbagai spesies serangga memiliki peran tersendiri dalam agroekosistem.
Ditinjau dari kebutuhan manusia terhadap serangga:
1. Sebagai hama
2. Sebagai predator
3. Sebagai vektor


C. Dalam bidang kesehatan:
Dapat berperan sebagai vektor.
Sebagai contoh, vektor Plasmodium sp. Sebagai hospes penyakit malaria adalah salah satu dari spesies nyamuk Anopheles.

D. Dalam bidang forensik:
Entomology forensic digunakan pertama kali pada abad ke-13 dan digunakan serta dikembangkan secara besar-besaran pada abad ke-19.





Dalam bidang forensik, serangga digunakan untuk mengetahui lama waktu kematian suatu mayat. Untuk mengetahuinya, digunakan 2 metode yaitu:
a. Using successional waves of insects
Metode ini adalah melihat lama waktu kematian dengan mengidentifikasi serangga yang ada pada mayat tersebut.
Hal ini dapat dilakukan karena ada jenis serangga yang menyukai mayat yang masih baru, namun ada juga serangga yang menyukai mayat yang sudah membusuk, salah satunya Piophilidae yang datang ke mayat setelah terjadi proses fermentasi. Secara kronologis, jika ada mayat yang mati dan masih baru, serangga yang menyukainya akan langsung menuju mayat tersebut, melakukan reaksi enzimatis pada mayat tersebut (dapat berupa proses fermentasi) dan apabila sudah selesai, maka gelombang serangga yang berikutnya akan datang, dan melakukan reaksi enzimatis pula, begitu seterusnya.


b. Using maggot age and development
Dengan adanya telur, larva, pupa, maupun imago pada mayat tersebut, dapat diketahui berapa lama waktu meninggal pada mayat tersebut, karena pada serangga, tiap perubahan dari satu fase ke fase lain mempunyai waktu-waktu tertentu yang pasti, sehingga dapat mengidentifikasi mayat dengan metode tersebut. Walau tetap terdapat kemungkinan tidak akurat karena adanya berbagai faktor, salah satunya perpindahan yang menyebabkan perbedaan suhu yang berimbas pada metabolisme perkembangbiakan serangga tersebut.


Pembagian serangga yang ditemukan pada entomology forensic:
a. necrophages
b. omnivores
c. parasites and predators
d. incidentals



Poin-poin penting:
1. Serangga yang datang ke mayat adalah serangga betina karena mayat digunakan sebagi tempat untuk telur serangga.
2. Di tiap daerah, serangga yang digunakan sebagai sebagai entomology forensic dapat berbeda spesies, bergantung pada karakternya, ketertarikan pada mayat baru, maupun pada mayat yang sudah membusuk.
3. Serangga pada entomology forensic ini digunakan untuk mengetahui lama waktu kematian si mayat. Untuk mengetahui hal lain seperti bagaimana mayat tersebut mati, jenis luka pada pada mayat itu, tidak dibahas pada kajian ini karena relevansinya kurang.



Pembicara:

Dosen Entomologi Fakultas Biologi UGM,Bapak R.C Hidayat,

Dokter lab forensik RS dr Sardjito, Ibu Yudha

entomologi forensik

hari ini mendapat pengalaman berharga lewat seminar ENTOMOLOGI FORENSIK di FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA.
Walau agak mengecewakan karena kunjungan ke lab forensik RS Dokter Sardjito dibatalkan namun peserta tetap mendapat pematerian. ^^

Tuesday, February 9, 2010